Terlengkap Materi MPLS / MOS 2019/2020 SD,SMP,SMA,SMK


Selamat tiba di blog filependidikan.info

Di postingan kali ini saya akan membagikan beberapa file urgen yang benar-benar di butuhkan oleh pihak sekolah khususnya mereka yang di beri fungsi pada menawarkan materi di dikala mengerjakan acara pengenalan lingkungan sekolah untuk peserta didik gres yang gres saja di terima di sekolah anggun di sekolah jenjnag SD,SMP,SMA maupun SMK.



Setiap memasuki tahun fatwa gres ibarat sekarang ini, pastinya tiap-tiap sekolah akan mengerjakan penerimaan peserta didik gres di setiap sekolah mulai dari sekolah fundamental hingga sekolah mennegah.










Kalau dulu acara penerimaan peserta didik gres lebih identik dengan adanya acara MOS atau waktu orientasi pelajar yang mana di acara MOS tersebut pelajar lebih di tekankan di acara perpeloncoan sehingga dikala ini acara tersebut di ganti dengan nama MPLS atau waktu pengenalan lingkungan sekolah yang mana di acara MPLS ini peserta didik tak lagi di perbolehkan bagi mengerjakan acara perpeloncoan melainkan lebih menekankan di aspek pengenalan lingkungan sekolah yang lebih banyak didominasi di pertolongan materi dan training terdidik.



Dengan adanya acara MPLS ibarat dikala ini risikonya peserta didik akan lebih mempunyai pemahaman yang anggun mengenai bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan sekolah, dengan mitra dan pun dengan pengajar.

kegiatan MPLS sanggup menjadikan peserta didik semakin berpikir positif dan tak lagi ada yang namanya jadwal kekerasan yang sanggup menyakiti perasaan dan fisik untuk setiap anggota gres di satuan pendidikan yang mengadakan acara penerimaan peserta didik baru.



Pada mengerjakan acara MPLS risikonya panitia yang di beri fungsi bagi menawarkan materi MPLS risikonya pastinya mesti mempunyai persiapan berupa buku ataupun klarifikasi mengenai materi yang akan di berikan kepada para peserta didik baru.



Untuk kau yang dikala ini menjadi pemateri pada acara MPLS anggun di level SD,SMP,SMA ataupun Sekolah Menengah kejuruan dan belum mempunyai materi MPLS risikonya di postingan ini kau sanggup memilikinya bagi kau jadikan selaku materi pada menolong kau bagi menawarkan materi MPLS kepada peserta didik gres di sekolah kau masing-masing.



Di postingan kali ini saya akan membagikan kumpulan materi MPLS yang terdiri dari beberapa materi yang sanggup kau miliki secara cuma-cuma dan sanggup kau gunakan pada acara pertolongan materi MPLS di sekolah kamu.



MAdapun Bahan MPLS yang akan saya berikan yaitu terdiri dari materi :



  • Menumbuhkan sikap bela negara

  • Kepemimpinan

  • Pendidikan Karakter

  • Pengetahuan Wiyata Mandala

  • Penganalan kurikulum 2013

  • Tata Krama Pelajar

  • Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

  • Belajar Tepat sasaran

  • 4 Pilar pada kehidupan berbangsa dan bernegara




Berikut ini cuplikan dari beberapa materi di atas :




 MATERI MPLS : KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)



1 Umum



Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikutpengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hakhak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.



Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturanperaturan resmi. Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batasbatas resmi, karena kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat.



Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan kepemimpinan) yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturanperaturan resmi yang menjadi landasanya, akan tetapi dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di dalam memilih waktu untuk melaksanakan peraturan peraturan atau memilih orang-orang yang langsung berhubungan dengan masyarakat untuk melaksanakan peraturan dan seterusnya.


Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut peraturanperaturan resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatankekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.



     2.  Perkembangan kepemimpinan



Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang diantara wargawarganya melakukan peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaankeadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Pada keadaan demikian, agak sulibagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi.





                 3. Syarat-syarat kepemimpinan





  • Memberi kesenangan dalam jasmani,

  • Menunjuk Pada keahlian dan kepastian hukum,

  • Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion,

  • Memberi kesenangan rohaniah,

  • Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukarankesukaran kepada para pengikutpengikutnya,

  • Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati,

  • Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan,kepandaian dan ketrampilan.




4.  Kepemimpinan yang dianggap efektif



Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidaktidaknya terhindar dari pemerintah boneka belaka.


Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut yang masih tegastegas memperlihatkan ciriciri paguyuban. Hubungan pribadi antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan pemimpinpemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpinpemimpin tidak resmiinformal leaders yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifatsifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh kepercayaan terhadapa para pemimpinpemimpin tersebut, beserta peraturanperaturan yang dikeluarkan.



Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin masyarakat tradisional adalah

pemimpinpemimpin dibelakang atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum.

Sebaliknya, apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikotakota besar, maka susunan masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat diperlukan.







MATERI MPLS : Arti dan makna Wawasan Wiyata Mandala



1.   Arti Wawasan Wiyata mandala

Secara harfiah kata wawasan mengandung arti pandangan, penglihatan, tinjauan atau tanggapan inderawi. Secara lebih luas dapat diartikan suatu pandangan atau sikap mendalam terhadap hakikat. Selain menunjukkan kegiatan bagi mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara lihat, cara tinjau atau cara tanggap inderawi.



Kata Wiyatamandala terdiri dari dua bagian kata, yaitu Wiyata” dan Mandala. Kata Wiyata” mempunyai arti pelajaran atau pendidikan, sedangakan kata mandala mengandung arti bulatan, lingkaran, lingkungan daerah atau kawasan. Jadi kataWiyatamandala mengandung arti lingkungan pendidikan/pengajaran. Dengan demisemakin Wawasan Wiyatamandala” diartikan sebgai suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/pengajaran. Sekolah merupakan Wiyatamandala bearti bahwa sekolah adalah lingkungan pendidikan.



Berdasarkan utama pengertian tersebut, makawawasan Wiyatamandala adalah cara pandang kalangan pendidikan pada umumnya dan perangkat atau warga sekolah pada khususnya tentang keberadaan sekolaha sebagai pengemban fungsi pendidikan di tengah lingkungan masyarakat yang membutuhkan pendidikan.



2.   Makna Wawasan Wiyatamandala

Berdasarkan pengertian bahwa Wawasan Wiyatamandala adalah suatu pandang atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/pengajaran, maka wawasan wiyatamandala mempunyai makna yang sangat dalam dan strategis sebagai lingkungan pendidikan. 



Makna itu menuntut sekolah bagi :



1. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup dan baik ;



2. Memiliki tenaga edukatif berpribadi teladan, terampil serta berpengalaman/



berwawasan luas;



3. Terciptanya lingkungan aman, bersih, tertib, indah, sejuk dan segar;



4. Tumbuhnya partisipasi, kerjasama, dan dukungan masyarakat sekitar;



5. Adanya hubungan harmonis secara timbal balik antara orang tua dengan para warga sekolah;

6. Terciptanya disiplin para warga sekolah mentaati segala peraturan dan tata tertib sekolah;





7. Adanya hubungan kekeluargaan para warga sekolah yang akrab dan harmonis; dan



8. Tumbuhnya semangat peserta bagi maju,dan bekerja keras. 


MATERI MPLS: Pendidikan KARAKTER


Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli


Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan huruf (character education) pada konteks sekarang benar-benar relevan bagi mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan belum dewasa dan remaja, kejahatan kepada teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain telah menjadi kasus sosial yang hingga dikala ini belum sanggup diatasi secara tuntas, oleh sebab itu betapa pentingnya pendidikan karakter.


Menurut Lickona, huruf berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan sikap moral (moral behavior). Menurut ketiga komponen ini sanggup dinyatakanbahwa huruf yang baikdidukung oleh pengetahuan mengenai kebaikan, keinginan bagi berbuat bagus, dan mengerjakan perbuatan kebaikan. Bagan di bawah ini ialah skema kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.



1.  Pendidikan Karakter Menurut Lickona


Secara sederhana, pendidikan huruf sanggup didefinisikan selaku semua usaha yang sanggup dilakukan bagi mempengaruhi huruf pelajar. Tetapi bagi mengetahui pengertian yang tepat, sanggup dikemukakan di sini definisi pendidikan huruf yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan huruf yakni suatu usaha yang disengaja bagi menolong seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan mengerjakan nilai-nilai etika yang inti.


2.  Pendidikan Karakter Menurut Suyanto


Suyanto (2009) mendefinisikan huruf selaku cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu bagi hidup dan bekerja sama, anggun pada lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.


3.  Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya


Karakter yakni ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut yakni orisinil dan mengakar di kepribadian benda atau individu tersebut, serta ialah “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).


4.  Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi


Menurut  kamus psikologi, huruf yakni kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, contohnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).

Nilai-nilai pada pendidikan karakter


Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan huruf yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.


Pendidikan huruf telah menjadi perhatian pelbagai negara pada rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya bagi kepentingan individu warga negara, tetapi pun bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan huruf sanggup diartikan selaku the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah bagi menolong pembentukan huruf secara optimal.


Pendidikan huruf memerlukan cara khusus yang sempurna semoga tujuan pendidikan sanggup tercapai. Di antara cara pembelajaran yang sesuai yakni cara keteladanan,  cara pembiasaan, dan cara kebanggaan dan hukuman.


Karakter yakni cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu bagi hidup dan bekerjasama, anggun pada lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter anggun yakni individu yang sanggup merancang keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap tanggapan dari keputusan yang ia bikin.Pembentukan huruf ialah diantara tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional yakni memaksimalkan potensi peserta didik bagi mempunyai kecerdasan, kepribadian dan budbahasa mulia.


Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud semoga pendidikan tak hanya menyusun insan Indonesia yang cerdas, namun pun berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan huruf yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.


Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter berpengaruh itu, pun pernah disebut Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… yakni tujuan ahir pendidikan yang sesungguhnya).


Memahami Pendidikan Karakter


Pendidikan huruf yakni pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, risikonya pendidikan huruf tak akan sempurna sasaran.


Dengan pendidikan huruf yang dipakai secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini yakni bekal urgen pada mempersiapkan anak menyongsong waktu depan, sebab seseorang akan lebih simpel dan berhasil menghadapi semua macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan bagi berhasil secara akademis.


Terdapat sembilan pilar huruf yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:


1.   Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya

2.   Kemandirian dan tanggungjawab

3.   Kejujuran/amanah, diplomatis

4.   Hormat dan santun

5.   Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;

6.   Percaya diri dan pekerja keras

7.   Kepemimpinan dan keadilan

8.   Bagus dan rendah hati, dan

9.   Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.


Kesembilan pilar huruf itu, diajarkan secara sistematis pada model pendidikan holistik menggunakan cara knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good dapat simpel diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good mesti ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana mencicipi dan menyayangi kebajikan menjadi engine yang sanggup merancang orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau mengerjakan sikap kebajikan sebab ia cinta dengan sikap kebajikan itu. Setelah terbiasa mengerjakan kebajikan, karenanya acting the good itu berkembang menjadi kebiasaan.


Basic pendidikan huruf ini, sebaiknya dipakai semenjak usia kanak-kanak atau yang lazim disebut para andal psikologi selaku usia emas (golden age), sebab usia ini terbukti benar-benar memilih kemampuan anak pada memaksimalkan potensinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang remaja telah terjadi dikala anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi di usia 8 tahun, dan 20% sisanya di pertengahan atau ahir dasawarsa kedua. Dari sini, telah sepatutnya pendidikan huruf dimulai dari pada keluarga, yang ialah lingkungan pertama-tama untuk pertumbuhan huruf anak.


Namun untuk beberapa keluarga, barangkali proses pendidikan huruf yang sistematis di atas benar-benar sulit, terutama untuk beberapa orang bau tanah yang terjebak di rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan huruf pun perlu diberikan dikala belum dewasa masuk pada lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah tugas pengajar, yang pada filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena pengajar yakni ujung tombak di kelas, yang berhadapan seketika dengan peserta didik.


Pengaruh Pendidikan Karakter


Apa imbas pendidikan huruf kepada kesuksesan akademik? Beberapa penelitian bermunculan bagi menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa inovasi urgen mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.


Pada buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menerangkan peningkatan motivasi pelajar sekolah pada meraih prestasi akademik di sekolah-sekolah yang menggunakan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat pada pendidikan huruf memperlihatkan adanya penurunan drastis di sikap negatif pelajar yang sanggup menghambat kesuksesan akademik.


Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan pelbagai hasil penelitian mengenai imbas positif kecerdasan emosi anak kepada kesuksesan di sekolah. Disebut bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak di kecerdasan otak, tetapi di karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.


Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman mengenai kesuksesan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai kasus pada kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tak sanggup memenej emosinya. 


Anak-anak yang bermasalah ini telah sanggup dilihat semenjak usia pra-sekolah, dan kalau tak ditangani akan terbawa hingga usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja ibarat kenakalan, tawuran, narkoba, miras, sikap seks bebas, dan sebagainya.


Beberapa negara yang telah menggunakan pendidikan huruf semenjak pendidikan fundamental di antaranya yakni; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan huruf yang tertata secara sistematis berdampak positif di pencapaian akademis.


Seiring sosialisasi mengenai relevansi pendidikan huruf ini, semoga pada waktu akrab tiap sekolah sanggup segera menerapkannya, semoga nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas pun berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.






MATERI MPLS : TATA KRAMA SISWA



Tata krama atau budbahasa sopan santun atau sering disebut etiket telah menjadi kepingan pada hidup, contoh; di waktu Sahabat masih kanak-kanak, orang bau tanah Sahabat telah melatih Sahabat mendapatkan pertolongan orang dengan tangan sebelah kanan dengan mengucapkan terima kasih. Orang bau tanah Sahabat melatih Sahabat cara makan, minum, menyapa, memberi hormat dan berpakaian. Lama kelamaan sikap Sahabat menjadi kebiasan. Tata krama yakni kebiasaan, yang lahir pada hubungan antar manusia. Tata krama yang semula berlaku pada lingkungan terbatas usang kelamaan sanggup merambabt ke lingkungan yang lebih luas. Tata krama telah menjadi kepingan dari pergaulan sehari-hari. Makara sanggup disimpulkan bahwa tata krama yakni kebiasaan sopan santun yang disepakati pada lingkungan pergaulan antara insan setempat.


Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan, perbuatan. Tata krama berarti budbahasa sopan santun, kebiasaan sopan santun. Pada pergaulan sehari-hari.







MATERI MPLS: kesadaran berbangsa dan bernegara


Di kala globalisasi ini banyak tantangan memang untuk negeri kita, namun kesadaran berbangsa dan bernegara telah selayaknya rakyat dan pemerintah bagi bersama sama menawarkan pemahaman untuk rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut bertanggung jawab mengemban amanat bagi menawarkan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk warganya, bila rakyat bangsa Indonesia telah tak mempunyai kesadaran berbangsa dan bernegara, risikonya ini ialah ancaman besar untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadikan bangsa ini akan jatuh ke pada kondisi yang benar-benar parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.


Mengingat kondisi bangsa kita kini, ialah diantara indikator bahwa warga bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara.  Hal ini sanggup kita lihat dari pelbagai kawasan sering bergejolak diantaranya tawuran antar warga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan kepada hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain-lain. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara  mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat pada kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI mesti mempunyai sikap dan sikap diri yang tumbuh dari keinginan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia.


Beraneka kasus yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara sebaiknya menerima perhatian dan tanggung jawab kita segala. Sehingga amanat di Undang-Undang Dasar 1945 bagi menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat sanggup diwujudkan.


Hal lain yang sanggup mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat cowok yang perlu di cermati secara seksama yakni semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan cowok bagi menolong memediasi masyarakat semoga keluar dari himpitan masalah, anggun itu kasus sosial, ekonomi dan politik, sebab dengan terbantunya masyarakat dari segala lapisan keluar dari himpitan persoalan, risikonya bangsa ini pastinya menjadi bangsa yang berpengaruh dan tak sanggup di intervensi oleh negara apapun, sebab masyarakat itu sendiri yang mesti disejahterakan dan jangan hingga mengalami penderitaan. Di situ cowok telah mengerjakan langkah konkrit pada mengerjakan bela negara. 


Kesadaran bela negara yakni  dimana kita berupaya bagi mempertahankan negara kita dari ancaman yang sanggup mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang merujuk pada atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara pun sanggup menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di pada diri masyarakat. Upaya bela negara selain selaku kewajiban fundamental pun ialah kehormatan untuk setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban pada dedikasi kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita pada bela negara ialah format cinta kepada tanah air kita.


Nilai-nilai bela negara yang mesti lebih dimengerti penerapannya pada kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:


   1.  Cinta Tanah Air


Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang terdapat di setiap masyarakat didasarkan di kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita sanggup mewujudkan itu segala dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang terdapat, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama anggun negara kita.


2.  Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran berbangsa dan bernegara ialah sikap kita yang mesti sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan impian dan tujuan hidup bangsanya. Kita sanggup mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi anggun di tingkat nasional maupun internasional.


3.  Pancasila


Ideologi kita warisan dan hasil usaha para pendekar sungguh luar lazim, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi pun diamalkan pada kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila yakni alat pemersatu keberagaman yang terdapat di Indonesia yang mempunyai bermacam-macam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang sanggup mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.


4.  Rela berkorban bagi Bangsa dan Negara


Pada wujud bela negara tentu saja kita mesti rela berkorban bagi bangsa dan negara. Contoh nyatanya ibarat sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras bagi sanggup mengharumkan nama negaranya walaupun mereka mesti merelakan bagi mengorbankan waktunya bagi bekerja dari yang kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka pun mempunyai kesibukan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya bagi memperoleh tiket demi mendukung seketika para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.


5.  Mempunyai Kemampuan Bela Negara


Kemampuan bela negara itu sendiri sanggup diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras pada menjalani profesi masing-masing.


Kesadaran bela negara sanggup diwujudkan dengan cara ikut pada mengamankan lingkungan sekitar ibarat menjadi kepingan dari Siskamling, menolong korban tragedi dari yang kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami tragedi alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah ancaman narkoba yang ialah musuh besar untuk generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok sebab di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi pada negeri semoga Indonesia tak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil selaku anak bangsa yang berprestasi anggun di tingkat nasional maupun internasional.



Apabila kita  mengajarkan dan menjalankan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara semenjak dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, pun sosialisasi di masyarakat,niscaya akan terwujud.. Di pendidikan kewarganegaraan   ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan mengormati perbedaan yang terdapat. Perbedaan yang terdapat di etnis dan religi telah harusnya menjadi materi perekat kebangsaan apabila antar warganegara mempunyai sikap toleran.



Begitulah beberpa cuplikan materi MPLS yang akan saya share di postingan kali ini, apabila kau menginginkan file yang komplit dari keseluruhan materi MPLS yang telah saya sebutkan di artikel ini, risikonya kau sanggup mendownloadnya via link unduh yang saya sediakan di bawah ini :



BERIKUT INI FILE LENGKAP MATERI MPLS TERBARU :